Translate

Kamis, 23 Juli 2015

Masih Menanti

Halo apa kabar disana?

Hari ini terasa masih sama bagiku. Ratusan hari telah ku lalui sendiri. Ditengah jutaan kisah yangku simpan apik hingga hari ini. terjebak akan kisah lalu yang seakan tidak bisa terlupakan membuat ku selalu berharap akan harapan kosong itu. Kita lalui hari yang pendek dengan penuh tawa, membuat ku seolah yakin akan kamu. Dibalik senyumku yang selalu terselip harap akan masa depan yang lebih indah, hanya kandas di tengah jalan. Aku sedih akan ini semua. Sekarang aku telah sendiri menanti hari menanti yang tak pasti. Berharap akan indahnya hari suatu saat nanti.

Namun sampai berapa kali ku lewati september seorang diri? Tidak kah kamu mengingatnya dulu? Secercah untaian, setapak harapan, setitik kenangan, sehari yang pernah kita lweati bersama..
Aku masih menunggu. Dan aku belum terlalu kuat untuk membuka hati untuk yang lain. Ini terlalu sakit. Terlalu lemah aku saat ini untuk menerima kesendirian tanpa kamu yang semakin jauh dan semakin lupa akan aku. Kenapa begitu jahat?  Hati ini telah merindu untuk setiap detiknya. Diri ini telah menunggu untuk waktu yang lama. Mata ini telah banyak meneteskan air kesedihan.

Kamu yang membuatku nyaman dan menggantung jutaan untaian harapan. Dan kamu yang pergi jauh meninggalkan...

Sabtu, 04 Juli 2015

LAKI LAKI KETURUNAN KETIGA...




Petang itu, diri ini sontak langsung terdiam, terasa sesak di dada, seolah tidak bernafas. Terbayang akan kejadian setahun lalu akan diri ini yang menjadi seorang pecundang kehormatan, mengundurkan diri dari sebuah transisi besar. Dan kali ini dia yang di perjuangkan olehnya utuk menmepuh impiannya itu, Meneruskan tongkat kehormatan keluarga besar kami, satu satunya penerus kehormatan di keturunan ke tiga.

Cerita ini bukan cerita cinta, bukan tentang persahabatan, atau persaudaraan. Namun cerita ini tentang masa depan, masa depan akan kehormatan dan kemuliaan keluarga kami. Diri ini merasa sangat malu, sungguh sangat malu akan dirinya yang jika nanti berhasil yang akan menjadi kebanggaan keluarga kami seumur hidup. Tadinya akulah yang akan menjadi seperti itu, namun karena ketakutan ku, sekarang ia yang mencobanya.
Ini seperti terlalu menekan ku. Ia yang sedang berusaha menjadi keturnan ketiga keluarga ini yang akan menjadi *******  dan sepanjang hidup pula ia akan dibanggakan nantinya oleh keturunan kami berikutnya.
aku yang terlahir dalam keluarga berdarah ******* memaksa kami para laki laki keturunan ketiga untuk menjadi penerus mereka. jujur dalam hatiku yang teramat dalam masih banyak kebimbangan diriku untuk menjadi bagian dari mereka. menjadi seseorang yang di sebut ******* namun di sisi lain ketika aku melihat yang lainnya menjadi seperi itu seolah ini menjadi tekanan yang tiada hentinya bagiku, ini memukul ku. Aku yang selalu berusaha mencoba memperbaiki masa depanku untuk kelangsungan hidupku dan kedua orangtuaku, dan pada saat itu pula mereka menekan ku untuk menjadi yang seperti mereka inginkan, seolah meneruskan tongkat kehormatan keluarga kami.

Sungguh aku gundah gulana. Tercekik hina memikirkan apa yang harus aku lakukan atas ini semua. Bukan karena aku iri ataupun sirik dengan dirinya yang sedang menjalain masa tranfomasi itu, namun sedih melihat diriku yang masih bimbang dan ragu dalam melangkahkan kaki akan masa depan ku. Masa depan kehidupan kedua orangtua ku. Mereka yang mengharapkan ku untuk menjadi penerus kehormatannya. Seperti yang mereka impikan
Ini terus berlangsung hingga sekarang. Hingga saat aku telah berkuliah di salahsatu Universitas terbaik di negeri ini. hingga aku telah banyak mengkorbankann usia ku, hingga sudah berkepala dua sekarang. sungguh ini sangat menyiksa ku perlahan.

Apa yang aku lakukan jika...

Apa yang harus aku lakukan? Aku tahu itu akan menjadi sebuah cambukan besar bagi kedua orang tuaku. Tekanan bagi mereka karena aku lelaki satu satunya yang mereka miliki, tidak bisa meneruskan tongkat kehormatan keluarga ini. Aku malu. Aku tersiksa. Aku rapuh. Aku takut. Dan aku bingung akan apa yang harus ku perbuat.
Sungguh doa ku ini sangat jahat akan dirinya yang sedang dalam proses transisi itu. Aku tidak menginginkannya mendapatkan kehormatan itu. Sehingga biar semua anak laki laki di keturunan ketiga keluarga ini tidak ada yang bisa menjadi seperti itu. Tidak akan ada yang di unggulkan. Dan tidak akan ada yang akan di rendahkan.
Ohtuhan  tolonglah diriku.

Ampunilah aku atas doa jahat ku ini.
Sungguh aku menjadi orang yang paling jahat mendoakan saudara sepermainan kecil ku dulu seperti ini.
Namun apa daya. Ini memang untuk kebaikan kita bersama. Kebaikan ku, kebaikan orangtua ku, kebaikan abang mu,  kebaikan keluarga besar kita, dan kebaikan laki laki di keturunan ke tiga.